Khalid bin Walid
Abū Sulaymān Khālid ibn al-Walīd ibn al-Mughīrah al-Makhzūmī (Arab: أبو سليمان خالد بن الوليد بن المغيرة المخزومي; 585–642), atau juga dikenal dengan Sayf Allāh al-Maslūl (Arab: سيف الله المسلول; Pedang Allah yang terhunus), beliau adalah Sahabat Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi Wassalam.
Selain
dikenal sebagai Sahabat Nabi, beliau juga dikenal karena taktik militernya dan
kecakapan dalam bidang militer. Dia adalah salah satu dari panglima-panglima
perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang kariernya, selain itu Khalid
juga memimpin pasukan Madinah dibawah kekuasaan Nabi Muhammad dan juga
penerusnya seperti Abu Bakar dan Umar Bin Khattab.
Pada
saat dibawah kepemimpinan militernyalah Jazirah Arabia untuk
pertama kalinya dalam sejarah bersatu dalam satu entitas politik yaitu Kekhalifahan.
Khalid mengkomandani pasukan muslim, walaupun pasukan muslim tersebut baru
dibentu. Khalid dan pasukannya tidak pernah dikalahkan dalam lebih dari 100
pertempuran melawan Kekaisaran Byzantium, Kekaisaran Sassanid, dan sekutu-sekutu mereka
termasuk juga suku-suku Arab di luar kekuasaan Khalifah.
Pencapaian
strategis yang ia raih ialah penaklukan Arab selama Perang Riddah, Persia Mesopotamia dan Suriah Romawi hanya dalam waktu empat
tahun pada tahun 632 ke 636. Khalid juga dikenang karena kemenangan telaknya
pada Pertempuran Yamamah, Pertempuran Ullais, dan Pertempuran Firaz, dan
kesuksesan taktiknya pada Pertempuran Walaja dan Pertempuran Yarmuk.
Khalid
bin Walid (Khalid anak al-Walid) berasal dari Suku Quraisy,
klan yang melawan Nabi Muhammad. Dia memiliki peran vital dalam kemenangan
orang Mekkah sewaktu Pertempuran Uhud melawan
orang Muslim. Dia menjadi Mualaf dan masuk Islam, bergabung bersama
Muhammad setelah terjadinya Perjanjian Hudaibiyyah serta
berpartisipasi dalam berbagai ekspedisi untuk Muhammad, seperti Pertempuran Mu'tah. Ini merupakan pertempuran
pertama antara orang Romawi dan Muslim. Khalid bin Walid melaporkan bahwa
pertempuran tersebut amatlah sengit sampai-sampai dia menggunakan sembilan
pedang, yang kesemuanya patah dalam pertempuran tersebut. Pada pertempuran
Mu'tah, Khalid ditunjuk untuk menjadi panglima perang pengganti setelah ketiga
panglima perang dalam Pertempuran Mu'tah yaitu Zaid bin
Haritsah, lalu Jafar ibn Abi Talib, lalu Abdullah ibn Rawahah tewas terbunuh secara
berurutan dalam pertempuran yang sengit itu.
Pada
saat yang genting itu, tampillah Khalid bin Walid, si Pedang Allah, yang
menyorot seluruh medan tempur yang luas itu, dengan kedua matanya yang
tajam. Diaturnya rencana dan langkah yang akan diambil secepat kilat, kemudian
membagi pasukannya kedalam kelompok-kelompok besar dalam suasana perang
berkecamuk terus. Setiap kelompok diberinya tugas sasaran masing-masing, lalu
dipergunakanlah seni Yudhanya yang membawa mukjizat, dengan kecerdikan akalnya
yang luar biasa, sehingga akhirnya ia berhasil membuka jalur luas diantara
pasukan Romawi. Dari jalur itulah seluruh pasukan Muslim menerobos dengan
selamat. Karena prestasinya dalam perang inilah Rasulullah menganugrahkan gelar
kepada Khalid bin Walid, “Si Pedang Allah yang senantiasa terhunus”.
Setelah
kematian Nabi Muhammad, Khalid memiliki peran yang penting dalam memimpin
pasukan Madina untuk
Abu Bakar dalam Perang Riddah, selain itu beliau juga berjasa
dalam menaklukan pusat Arabia dan juga menundukkan suku-suku Arab. Dia
merebut Negara Satelit Arab Sasanid yaitu
Al-Hirah, serta mengalahkan Pasukan Sassaniyah dalam penaklukan Irak (Mesopotamia).
Dia nantinya digeser ke front Barat untuk menaklukkan Suriah (provinsi Romawi) dan Negara
Boneka Bizantium Arab yaitu Ghassanid.
Meskipun Umar Bin Khattab di
zaman Khalifahnya memberhentikannya sebagai panglima tertinggi pasukan muslim,
namun ia tetap menjadi pemimpin yang efektif dari pasukan yang tersusun untuk
melawan Kekaisaran Byzantium selama tahap awal
dari Peperangan Romawi Timur-Arab.[1] Dibawah
komandonya, Damaskus ditaklukan pada tahun 634 dan kunci kemenangan
Arab melawan pasukan Kekaisaran Byzantium dicapai pada Pertempuran Yarmuk,(636)[1] yang
menyebabkan penaklukan Bilad al-Sham (Levant).
Pada tahun 638, di puncak-puncak karirnya sebagai panglima perang, Khalid
diberhentikan jabatannya.
Khalid
dikatakan mengikuti sekitar seratus pertempuran, baik pertempuran besar dan
pertempuran kecil serta duel tunggal, selama karier militernya ia tetap tak terkalahkan,
ia diklaim sebagai salah satu jenderal militer atau panglima perang terbaik
dalam sejarah.
Bani Makhzum, suatu klan (bagian)
dari suku Quraisy yang
menetap di Mekkah. Sedangkan ibu Khalid bernama Lubabah
binti al-Harith.
Setelah kelahirannya,
sesuai dengan tradisi kaum Quraisy pada zaman itu, Khalid dikirim ke sebuah
suku Badui di gurun, dimana ibu angkat akan merawatnya. Saat Khalid berumur 5
atau 6, dia dikembalikan ke orang tuanya di Mekkah. Pada masa kanak-kanaknya, Khalid
pernah mengalami serangan cacar ringan, cacar tersebut hilang walaupun
meninggalkan beberapa bopeng di pipi kirinya.
Khalid termasuk di
antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah
isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni
saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini
main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui
suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya Khalid bin
Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan
kavalerinya. Pada saat Pertempuran Uhud, Khalidlah yang melihat celah
kelemahan pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil
rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud dan menghajar pasukan Muslim pada
saat itu. Tetapi setelah perang itulah Khalid mulai masuk Islam.
Ayah Khalid yang
bernama Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum, adalah salah seorang pemimpin
yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia
menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun
dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi
makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy
memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya
yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana
begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O,
Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap
dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid
seorang kesatria yang berani dimata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan
dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan
mengikutinya.
Dalam hati kecilnya
Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah
mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari
keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu.
Suku Banu Makhzum
mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang
mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan
kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku
Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan
kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu
Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa jenialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol di antara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam.Itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap islam. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan. Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah mengubah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid diamanahkan untuk memperluas wilayah Islam dan membuat kalang kabut pasukan Romawi dan Persia. Pada tahun 636, pasukan Arab yang dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam Pertempuran Yarmuk, menandai dimulainya penyebaran Islamyang cepat di luar Arab.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Umar agar Khalid tidak terlalu didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa jenialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol di antara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam.Itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri di garis paling depan dalam penggempuran terhadap islam. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan. Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah mengubah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.
Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid diamanahkan untuk memperluas wilayah Islam dan membuat kalang kabut pasukan Romawi dan Persia. Pada tahun 636, pasukan Arab yang dipimpin Khalid berhasil menguasai Suriah dan Palestina dalam Pertempuran Yarmuk, menandai dimulainya penyebaran Islamyang cepat di luar Arab.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Khalid diberhentikan tugasnya dari medan perang dan diberi tugas untuk menjadi duta besar. Hal ini dilakukan oleh Umar agar Khalid tidak terlalu didewakan oleh kaum Muslimin pada masa itu.