Imam Ahmad bin Hanbal
Ahmad bin
Hanbal (Arab: أحمد بن حنبل, lahir 20 Rabiul awal 164 H (27 November 780)
- wafat 12 Rabiul Awal 241 H (4 Agustus855)) adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam. Ia lahir di Marw (saat ini
bernama Mary di Turkmenistan,
utara Afganistan dan utara Iran)
di kota Baghdad, Irak.
Kunyahnya Abu Abdillah lengkapnya: Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin
Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dikenal
juga sebagai Imam Hambali.
Awal mula Menuntut Ilmu
Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah Al Qur'an
hingga ia hafal pada usia 15 tahun, ia juga mahir baca-tulis dengan sempurna
hingga dikenal sebagai orang yang terindah tulisannya. Lalu, ia mulai
konsentrasi belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu pula. Ia telah
mempelajari Hadits sejak kecil dan untuk mempelajari Hadits ini, ia pernah
pindah atau merantau ke Syam (Syiria), Hijaz, Yaman dan
negara-negara lainnya sehingga ia akhirnya menjadi tokoh ulama yang bertakwa,
saleh, dan zuhud. Abu Zur'ah mengatakan
bahwa kitabnya yang sebanyak 12 buah sudah dihafalnya di luar kepala. Ia
menghafal sampai sejuta hadits. Imam Syafi'i mengatakan tentang diri Imam
Ahmad, "Setelah saya keluar dari Baghdad, tidak ada orang yang saya
tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh dan yang lebih berilmu
daripada Ahmad bin Hambal". Abdur Rozzaq Bin Hammam yang juga salah
seorang guru dia pernah berkata, "Saya tidak pernah melihat orang
se-faqih dan se-wara' Ahmad Bin Hanbal"
Keadaan fisik
Muhammad bin ‘Abbas An-Nahwi bercerita, Saya pernah
melihat Imam Ahmad bin Hambal, ternyata Badan dia tidak terlalu tinggi juga
tidak terlalu pendek, wajahnya tampan, di jenggotnya masih ada yang hitam. Ia
senang berpakaian tebal, berwarna putih dan bersorban serta memakai kain. Yang
lain mengatakan, “Kulitnya berwarna coklat (sawo matang)”
Keluarga
Dia menikah pada umur 40 tahun dan mendapatkan
keberkahan yang melimpah. Ia memiliki anak-anak yang shalih dari istri-istinya,
yang mewarisi ilmunya, seperti Abdullah dan Shalih. Bahkan keduanya sangat
banyak meriwayatkan ilmu dari bapaknya.
Kecerdasan
Putranya yang bernama Shalih mengatakan, ayahku pernah
bercerita, “Husyaim meninggal dunia saat saya berusia dua puluh tahun, kala itu
saya telah hafal apa yang kudengar darinya”.
Abdullah, putranya yang lain mengatakan, Ayahku pernah
menyuruhku, “Ambillah kitab mushannaf Waki’ mana saja yang kamu kehendaki, lalu
tanyakanlah yang kamu mau tentang matan nanti kuberitahu sanadnya, atau
sebaliknya, kamu tanya tentang sanadnya nanti kuberitahu matannya”.
Abu Zur’ah pernah ditanya, “Wahai Abu Zur’ah, siapakah
yang lebih kuat hafalannya? Anda atau Imam Ahmad bin Hambal?” Dia menjawab,
“Ahmad”. Ia masih ditanya, “Bagaimana Anda tahu?” dia menjawab, “Saya mendapati
di bagian depan kitabnya tidak tercantum nama-nama perawi, karena dia hafal
nama-nama perawi tersebut, sedangkan saya tidak mampu melakukannya”. Abu Zur’ah
mengatakan, “Imam Ahmad bin Hambal hafal satu juta hadits”.
Pujian Ulama
Abu Ja’far berkata, “Ahmad bin Hambal manusia yang
sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya, banyak
berfikir, tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut
orang-orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang
indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan
wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta
menghormatinya.”
Imam Asy-Syafi’i berkata, “Ahmad bin Hambal imam dalam
delapan hal, Imam dalam hadits, Imam dalam Fiqih, Imam dalam bahasa, Imam dalam
Al Qur’an, Imam dalam kefaqiran, Imam dalam kezuhudan, Imam dalam wara’ dan
Imam dalam Sunnah”.
Ibrahim
Al Harbi berkata, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hambal
seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang
belakangan dari berbagai disiplin ilmu”.
Abdullah bin al-Maimuni berkata, "Tidak ada yang
lebih mulia yang pernah dilihat oleh mataku, selain Imam Ahmad bin Hambal.
Tidak ada seorangpun dari ahli hadits yang paling mengagungkan
larangan-larangan Allah dan Sunnah Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam jika benar
menurutnya, dan tidak ada seseorangpun yang lebih kuat dalam mengikutinya
selain dari Ahmad."
Abu Bakar as-Sijistani berkata, "Aku pernah
bertemu dengan 200 guru-guru ilmu, tidak ada satupun yang menyerupai Imam Ahmad
bin Hambal. Dia betul-betul menyelami ilmu, dan jika disebutkan suatu ilmu, dia
ahlinya."
Abdul Wahhab Al-Warraq berkata, "Abu Abdullah
adalah pemimpin kami, dia adalah orang yang matang dalam ilmu. Jika aku berada
dihadapan Allah kelak, dan aku ditanya, "Siapa orang yang kamu
ikuti?" aku akan katakan, "Aku mengikuti Ahmad bin Hambal."
Sungguh Imam Ahmad bin Hambal telah teruji keilmuannya selama 10 tahun tentang
Islam."
Kezuhudannya
Dia memakai peci yang dijahit sendiri. Dan kadang dia
keluar ke tempat kerja membawa kampak untuk bekerja dengan tangannya. Kadang
juga dia pergi ke warung membeli seikat kayu bakar dan barang lainnya lalu
membawa dengan tangannya sendiri. Al Maimuni pernah berujar, “Rumah Abu
Abdillah Ahmad bin Hambal sempit dan kecil”.
Wara’ dan menjaga harga diri
Abu Isma’il At-Tirmidzi mengatakan, “Datang seorang
lelaki membawa uang sebanyak sepuluh ribu (dirham) untuk dia, namun dia
menolaknya”. Ada juga yang mengatakan, “Ada seseorang memberikan lima ratus
dinar kepada Imam Ahmad namun dia tidak mau menerimanya”. Juga pernah ada yang
memberi tiga ribu dinar, namun dia juga tidak mau menerimanya.
Tawadhu’ dengan kebaikannya
Yahya bin Ma’in berkata, “Saya tidak pernah melihat
orang yang seperti Imam Ahmad bin Hambal, saya berteman dengannya selama lima
puluh tahun dan tidak pernah menjumpai dia membanggakan sedikitpun kebaikan
yang ada padanya kepada kami”.
Dia (Imam Ahmad) mengatakan, “Saya ingin bersembunyi
di lembah Makkah hingga saya tidak dikenal, saya diuji dengan popularitas”.
Al Marrudzi berkata, “Saya belum pernah melihat orang
fakir di suatu majlis yang lebih mulia kecuali di majlis Imam Ahmad, dia
perhatian terhadap orang fakir dan agak kurang perhatiannya terhadap ahli dunia
(orang kaya), dia bijak dan tidak tergesa-gesa terhadap orang fakir. Ia sangat
rendah hati, begitu tinggi ketenangannya dan sangat memuka kharismanya”.
Dia pernah bermuka masam karena ada seseorang yang
memujinya dengan mengatakan, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas
jasamu kepada Islam?” dia mengatakan, “Jangan begitu tetapi katakanlah, semoga
Allah membalas kebaikan terhadap Islam atas jasanya kepadaku, siapa saya dan
apa (jasa) saya?!”
Sabar dalam menuntut ilmu
Tatkala dia pulang dari tempat Abdurrazzaq yang berada
di Yaman, ada seseorang yang melihatnya di Makkah dalam keadaan sangat letih
dan capai. Lalu ia mengajak bicara, maka Imam Ahmad mengatakan, “Ini lebih
ringan dibandingkan faidah yang saya dapatkan dari Abdurrazzaq”.
Hati-hati dalam berfatwa
Zakariya bin Yahya pernah bertanya kepada dia, “Berapa
hadits yang harus dikuasai oleh seseorang hingga bisa menjadi mufti? Apakah
cukup seratus ribu hadits? Dia menjawab, “Tidak cukup”. Hingga akhirnya ia
berkata, “Apakah cukup lima ratus ribu hadits?” dia menjawab. “Saya harap
demikian”.
Kelurusan aqidahnya sebagai standar kebenaran
Ahmad bin Ibrahim Ad-Dauruqi mengatakan, “Siapa saja
yang kamu ketahui mencela Imam Ahmad maka ragukanlah agamanya”. Sufyan bin
Waki’ juga berkata, “Ahmad di sisi kami adalah cobaan, barangsiapa mencela dia
maka dia adalah orang fasik”.
Masa Fitnah
Pemahaman Jahmiyyah belum berani terang-terangan pada
masa khilafah Al Mahdi, Ar-Rasyid dan Al Amin, bahkan Ar-Rasyid pernah
mengancam akan membunuh Bisyr bin Ghiyats Al Marisi yang mengatakan bahwa Al
Qur’an adalah makhluq. Namun dia terus bersembunyi pada masa khilafah
Ar-Rasyid, baru setelah dia wafat, dia menampakkan kebid’ahannya dan menyeru
manusia kepada kesesatan ini.
Pada masa Khalifah Al Ma’mun, orang-orang Jahmiyyah
berhasil menjadikan paham Jahmiyyah sebagai ajaran resmi negara, di antara
ajarannya adalah menyatakan bahwa Al Qur’an makhluk. Lalu penguasa pun memaksa
seluruh rakyatnya untuk mengatakan bahwa Al Qur’an makhluk, terutama para
ulamanya.
Barangsiapa mau menuruti dan tunduk kepada ajaran ini,
maka dia selamat dari siksaan dan penderitaan. Bagi yang menolak dan bersikukuh
dengan mengatakan bahwa Al Qur’an Kalamullah bukan makhluk maka dia akan
mencicipi cambukan dan pukulan serta kurungan penjara.
Karena beratnya siksaan dan parahnya penderitaan
banyak ulama yang tidak kuat menahannya yang akhirnya mengucapkan apa yang dituntut
oleh penguasa zhalim meski cuma dalam lisan saja. Banyak yang membisiki Imam
Ahmad bin Hambal untuk menyembunyikan keyakinannya agar selamat dari segala
siksaan dan penderitaan, namun dia menjawab, “Bagaimana kalian menyikapi hadits
“Sesungguhnya orang-orang sebelum Khabbab, yaitu sabda Nabi Muhammad ada yang
digergaji kepalanya namun tidak membuatnya berpaling dari agamanya”. HR.
Bukhari 12/281. lalu dia menegaskan, “Saya tidak peduli dengan kurungan
penjara, penjara dan rumahku sama saja”.
Ketegaran dan ketabahan dia dalam menghadapi cobaan
yang menderanya digambarkan oleh Ishaq bin Ibrahim, “Saya belum pernah melihat
seorang yang masuk ke penguasa lebih tegar dari Imam Ahmad bin Hambal, kami
saat itu di mata penguasa hanya seperti lalat”.
Di saat menghadapi terpaan fitnah yang sangat dahsyat
dan deraan siksaan yang luar biasa, dia masih berpikir jernih dan tidak emosi,
tetap mengambil pelajaran meski datang dari orang yang lebih rendah ilmunya. Ia
mengatakan, “Semenjak terjadinya fitnah saya belum pernah mendengar suatu
kalimat yang lebih mengesankan dari kalimat yang diucapkan oleh seorang Arab
Badui kepadaku, “Wahai Ahmad, jika anda terbunuh karena kebenaran maka anda
mati syahid, dan jika anda selamat maka anda hidup mulia”. Maka hatiku bertambah
kuat”.
Ahli hadits sekaligus juga Ahli Fiqih
Ibnu ‘Aqil berkata, “Saya pernah mendengar hal yang
sangat aneh dari orang-orang bodoh yang mengatakan, “Ahmad bukan ahli fiqih,
tetapi hanya ahli hadits saja. Ini adalah puncaknya kebodohan, karena Imam
Ahmad memiliki pendapat-pendapat yang didasarkan pada hadits yang tidak
diketahui oleh kebanyakan manusia, bahkan dia lebih unggul dari seniornya”.
Bahkan Imam Adz-Dzahabi berkata, “Demi Allah, dia
dalam fiqih sampai derajat Laits, Malik dan Asy-Syafi’i serta Abu Yusuf. Dalam
zuhud dan wara’ dia menyamai Fudhail dan Ibrahim bin Adham, dalam hafalan dia
setara dengan Syu’bah, Yahya Al Qaththan dan Ibnul Madini. Tetapi orang bodoh
tidak mengetahui kadar dirinya, bagaimana mungkin dia mengetahui kadar orang
lain!!
Guru
Imam Ahmad bin Hambal berguru kepada banyak ulama,
jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri,
seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara
mereka adalah:
1. Ismail
bin Ja’far
2. Abbad bin Abbad Al-Ataky
3. Umari bin Abdillah bin Khalid
4. Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-Sulami
5. Imam Syafi'i
6. Waki’
bin Jarrah
7. Ismail
bin Ulayyah
8. Sufyan bin ‘Uyainah
9. Abdurrazaq
10. Ibrahim
bin Ma’qil
Murid-muridnya Ahmad
bin Hambal
1. Putranya, Shalih bin
Imam Ahmad bin Hambal
2. Putranya, Abdullah
bin Imam Ahmad bin Hambal
3. Keponakannya, Hambal bin Ishaq
Akhir Hayat
Imam Ahmad bin Hambal mulai sakit pada malam Rabu, dua
hari dari bulan Rabi'ul Awwal tahun 241 Hijriyyah, ia sakit selama sembilan
hari. Tatkala penyakitnya mulai parah dan warga sekitar mulai mengetahuinya,
maka mereka menjenguknya siang dan malam.
Penyakitnya kian hari kian parah, pada hari Kamis dan
sebelum wafat ia memberikan isyarat pada keluarganya agar ia diwudhukan,
kemudian mereka pun mewudhukannya. Ketika berwudhu, Imam Ahmad sambil berzikir
dan memberikan isyarat kepada mereka agar menyela-nyela jarinya. Dia menghembuskan
napas terakhirnya di pagi hari Jum’at bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul
Awwal 241 H pada umur 77 tahun di kota Baghdad. Ia dimakamkan di pemakaman
al-Harb, jenazah dia dihadiri delapan ratus ribu pelayat lelaki dan enam puluh
ribu pelayat perempuan.
Karya Tulis
Ahmad bin Hanbal menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk
sebesar-besarnya kitab "Musnad" dan sebaik baik karangan dia dan
sebaik baik penelitian Hadits. Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang
dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini
berisi lebih dari 25.000 hadits.
Di antara karya Imam Ahmad adalah ensiklopedia hadits
atau Musnad, disusun oleh anaknya dari ceramah (kajian-kajian) -
kumpulan lebih dari 40 ribu hadits juga Kitab ash-Salat dan Kitab as-Sunnah.
Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan
karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
1. Kitab at-Tafsir,
namun Adz-Dzahabi mengatakan,
“Kitab ini telah hilang”.
2. Kitab an-Nasikh wa
al-Mansukh
3. Kitab at-Tarikh
4. Kitab Hadits Syu'bah
5. Kitab al-Muqaddam wa
al-Mu'akkhar fi al-Qur`an
6. Kitab Jawabah
al-Qur`an
7. Kitab al-Manasik
al-Kabir
8. Kitab al-Manasik
as-Saghir
Menurut Imam Nadim, kitab berikut ini juga merupakan tulisan Imam Ahmad bin
Hanbal
1. Kitab al-'Ilal
2. Kitab al-Manasik
3. Kitab az-Zuhd
4. Kitab al-Iman
5. Kitab al-Masa'il
6. Kitab al-Asyribah اﻞ
7. Kitab al-Fadha'il
8. Kitab Tha'ah ar-Rasul
9. Kitab al-Fara'idh
10. Kitab ar-Radd ala
al-Jahmiyyah
Sumber : Wikipedia.com