Shaleh Alaihissalam
Shālih (bahasa
Arab: صالح, Al Kitab: Shelah)
(sekitar 2150-2080 SM) adalah salah seorang nabi dan
rasul dalam agama Islam yang diutus kepada Kaum Tsamūd. Ia
diangkat menjadi nabi pada tahun 2100 SM. Dia telah diberikan
mukjizat yaitu seekor unta betina yang dikeluarkan dari celah batu
dengan izin Allah yakni bagi menunjukkan kebesaran Allah kepada kaum
Tsamud. Malangnya kaum Tsamud masih mengingkari ajaran Shaleh, mereka membunuh
unta betina tersebut. Akhirnya kaum Tsamud dibalas dengan azab yang
amat dahsyat yaitu dengan satu tempikan dari Malaikat Jibril yang
menyebabkan tubuh mereka hancur berai.
Nama Shaleh kemungkinan besar berasal dari
sejarah Petra Se'lah yang berarti "batu" dalam bahasa Ibrani,
yang lain meyakini bahwa namanya berasal dari bahasa Arab, sali'h yang
berarti "orang baik".
Salleh bin Ubaid bin 'Ashif bin Masih bin 'Abid bin Hazir bin Samud bin
Amir bin Irim bin Syam bin Nuh. Saleh merupakan anak tertua dan memiliki
dua orang adik yang bernama Aanar dan Ashkol.
Tsamud adalah suku yang merupakan bagian dari bangsa
Arab oleh ahli sejarah dan ada pula yang menggolongkan mereka ke dalam
kaum Yahudi. Kaum ini tinggal di dataran bernama "Al Hijr"
terletak antara Hijaz dan Syam yang dahulunya termasuk
jajahan dan dikuasai oleh suku Aad yang telah binasa karena
dilanda angin topan yang dikirim oleh Allah sebagai pembalasan atas
pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Hud.
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan
dinikmati oleh suku Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang
subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan
ternak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yag indah, bangunan rumah-rumah
yang didirikan di atas tanah yang rata dan dipahatnya dari gunung. Semuanya itu
menjadikan mereka hidup tenteram, sejahtera, dan bahagia, merasa aman dari
segala gangguan alam dan mengaku bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi
mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang
mereka sembah dan puja, kepadanya mereka berkorban, tempat mereka meminta
perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta
kebahagiaan. Mereka tidak dapat melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang
dapat mereka jangkau dengan pancaindera.
Dakwah kepada kaum Tsamud
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan
hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya pesuruh di
sisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mereka keluar dari jalan yang
sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan
seksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan diberi petunjukkan
oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan
rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mereka
telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mereka
sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal
tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatutnya mereka
sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mereka, menciptakan alam
sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan
bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta binatang-binatang yang memberi
manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan demikian memberi kepada mereka
kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan lahir dan batin. Tuhan Yang Esa
itulah yang harus mereka sembah dan bukan patung-patung yang mereka pahat
sendiri dari batu-batu gunung yang tidak berkuasa memberi sesuatu kepada mereka
atau melindungi mereka dari ketakutan dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka bahwa ia adalah seorang daripada mereka,
terjalin antara dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah
kaumnya dan sanak keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan
mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak
akan menjerumuskan mereka ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian,
kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia menerangkan kepada mereka bahwa dia
adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada
mereka adalah amanat Allah yang harus dia sampaikan kepada mereka untuk
kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka mati di akhirat kelak. Dia
berharap yang kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan bersungguh-sungguh apa
yang dia serukan dan anjurkan agar mereka segera meninggalkan penyembahan
kepada patung berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya
bertaubat dan mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang
selama ini telah mereka lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan
mendengarkan doa mereka dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila
dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka
merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak
mereka sendiri. Maka serentak ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata
mereka kepadanya:"Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai,
tangkas dan cerdas, fikiranmu tajam dan pendapat serta semua pertimbanganmu
selalu tepat. Pada dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat
yang terpuji. Kami mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami
menyelesaikan hal-hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam
soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala
kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan tetapi segala harapan itu menjadi
meleset dan kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah
lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tatacara hidup
kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami
meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang
telah menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami
dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya. Kami sesekali tidak
akan meninggalkannya kerana seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat
itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragui kenabianmu.
Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan meninggalkan persembahan
mereka dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka agar jangan menentangnya dan agar
mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang telah mengurniai mereka rezeki
yang luas dan penghidupan yang sejahtera. Diceritakan kepada mereka kisah
kaum-kaum yang mendapat seksaan dan azab dari Allah kerana menentang rasul-Nya
dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa itu dapat terjadi ke atas mereka
jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan mendengar nasihatnya, yang
diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang anggota dari keluarga
besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut upah daripada mereka
atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang ditugaskan kepadanya
dan Allah-lah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk usahanya memberi
pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari
orang-orang yang berkedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan
beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mereka yang
tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan
menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan
berkata kepadanya:" Wahai Saleh! Kami kira bahawa engkau telah dirasuk
syaitan dan terkena sihir. Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit
gila. Akalmu sudah berubah dan fikiranmu sudah kacau sehingga engkau tidak
sedar yang engkau telah mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal dan
mungkin engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah
diutuskan oleh Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada
kami semua sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di
antara kami yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul
daripada engkau. Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk
mengejar kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu.
Jika engkau merasa bahwa engkau cerdas dan cergas dan mengaku bahwa engkau
tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu maka
hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca penyembahan kami
dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan
jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku telah berulang-ulang mengatakan kepadamu
bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu apapun daripadamu sebagai balasan atas
usahaku memberi penerangan kepada kamu. Aku tidak mengharapkan upah atau
mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku ini yang aku lakukan semata-mata
atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku harapkan balasan dan ganjaran
untuk itu dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan menterlantarkan tugas dan
amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh bukti-bukti yang nyata atas
kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu harapkan bahawa aku akan melanggar
perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku kepada-Nya hanya semata-mata untuk
melanjutkan penyembahan nenek moyang kami yang jahil itu. Siapakah yang akan
melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika aku berbuat demikian? Sesungguhnya
kamu hanya akan merugikan dan membinasakan aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan
dilihatnya ia bahkan makin giat menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak
kepadanya, para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus
dakwahnya yang makin lama makin mendapat perhatian terutama dari kalangan
bawahan menengah dalam masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan untuk
membuktikan kebenaran kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk
benda atau kejadian luar biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Mukjizat Saleh
Nabi Saleh sadar bahwa tentangan kaumnya yang menuntut bukti daripadanya
berupa mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis
habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal
memenuhi tentangan dan tuntutan mereka. Nabi Saleh membalas tentangan mereka
dengan menuntut janji dengan mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat
yang mereka minta bahwa mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka
dan akan mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadaNya.
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah
Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan
kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya
yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya
menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang
besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta
terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta
betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu
berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: " Inilah dia unta Allah, janganlah
kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah,
dia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran
untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa
Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu mengganggu binatang ini."
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya
tanpa mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke
sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan
pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang
lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada
pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta
Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut
gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan
dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal
kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan banyak keraguan dari kaumnya.
Maka dihasutlah oleh mereka pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan
tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang bermaharajalela di ladang dan
kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Unta Nabi Saleh dibunuh[
Persekongkolan diadakan oleh orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur
rancangan pembunuhan unta Nabi Saleh dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa
takut dari azab yang diancam oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu di
samping adanya dorongan keinginan yang kuat untuk melenyapkan binatang itu dari
atas bumi mereka, muncullah tiba-tiba seorang janda bangsawan yang kaya raya
yang akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh. Di
samping janda itu ada seorang wanita lain yang mempunyai beberapa puteri
cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan salah seorang dari puteri-puterinya
kepada orang yang berhasil membunuh unta itu.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan
para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda' bin Muharrij
dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi meraih hadiah
yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan diterimanya dari para
kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki bersembunyilah kumpulan itu di suatu
tempat dimana biasanya dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke
perigi tempat ia minum dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu
segeralah dipanah betisnya oleh Musadda' yang disusul oleh Gudar dengan
menikamkan pedangnya di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu
kota menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan
sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mereka
kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang- gemilang.
Berkata mereka kepada Nabi Saleh, " Wahai Saleh! Untamu telah mati
dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya
bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang
terlalu benar dalam kata-katanya."
Nabi Saleh menjawab, "Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan
terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah
telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah
dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya. Janji Allah tidak akan
meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini
kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah
kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya, Nabi
Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka
sadar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh
kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan
ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu
dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Turunnya azab Allah yang dijanjikan
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas
mereka akan didahului dengan tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka
terbangun dari tidur, wajah mereka menjadi kuning dan akan berubah menjadi
merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah
azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum
kelompok sembilan orang yaitu kelompok pembunuh unta merancang melakukan
pembunuhan ke atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan itu.
Mereka mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan
rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak
untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui
identitas mereka sebagai pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan
sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapapun kecuali kesembilan orang
itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan
jahatnya di malam yang gelap-gelita dan sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala
mereka batu-batu besar yang datang dari langit dan yang seketika
merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah
Allah telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang
kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin
Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah,
sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hijir dan penghuninya, kaum
Tsamud habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan
gempa bumi yang mengerikan.
Kisah Nabi Saleh telah diceritakan
dengan 72 ayat dalam 11 surah seperti pada surah
Al-A'raf, ayat 73 hingga 79:
"...dan (Kami telah mengutus) kepada
kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah
Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang
bukti yang nyata kepadamu dari Tuhammu. Unta betina Allah ini menjadi tanda
bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu
mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan
yang pedih", dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Aad dan memberikan tempat
bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan
kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat
Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada
orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, "Tahukah
kamu bahwa Shaleh di utus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?" Mereka
menjawab, "Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus
untuk menyampaikannya." Orang-orang yang menyombongkan diri berkata,
"Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu
imani itu." Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka
berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan, dan mereka berkata, "Hai
Shaleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu
termasuk orang-orang yang diutus (Allah)." Karena itu mereka ditimpa
gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal
mereka. Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata, "Hai kaumku
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah
memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi
nasihat."
— Al-A'raf 7:73-79
Selain itu, dikisahkan juga pada surah
Hud ayat 61 hingga ayat 68, dan surah
Al-Qamar ayat 23 hingga ayat 32.
Pengajaran yang menonjol yang dapat dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah
bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga
masyarakat yang negatif dapat membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur, bahkan tersapu bersih
di atas bumi kerana dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh
beberapa orang pembunuh unta Nabi Saleh. Di sinilah letaknya hikmah perintah
Allah agar kita melakukan amar makruf, nahi mungkar. Ini kerana dengan
melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang menjadi fardu kifayah itu,
setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah kemungkaran yang terjadi di
dalam masyarakat dan perlindungan kita, kita telah membebaskan diri dari dosa
menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu.
Bersikap acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di
depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap
perbuatan mungkar itu.
Ketidak jelasan dalam hipotesa periode waktu dan kesamaan dari nama, telah
membuat orang memiliki opini bahwa Shaleh adalah seorang nabi yang bernama
Shelah dalam Injil; Sedangkan kontroversinya adalah sejak tidak adanya kesamaan
kisah di antara kisah Shaleh di Al Qur'an dan kisah Shelah di Injil.
Banyak cendekiawan muslim menyamakan kisah kaum Tsamud dengan
sejarah Petra, sesuai dengan kisah mereka yang hidup di dalam batu-batuan
cadas untuk dijadikan tempat tinggal.